Berdasarkan Riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menunjukkan bahwa mayoritas dari pengguna media sosial meragukan Presiden terpilih yakni, Prabowo Subianto. Keraguan itu muncul dari permasalahan utang yang ada pada era Presiden Jokowi. Tepatnya, keraguan tersebutĀ muncul karena utang di era Jokowi sangat menumpuk yakni Pemerintah Indonesia memiliki utang jatuh tempo pada 2025 sebesar Rp 800 triliun.
Hal tersebut yang membuat netizen atau pengguna media sosial psimis terhadap Presiden terpilih, Prabowo Subianto untuk menyelesaikan masalah tersebut. Apalagi waktu yang dibutuhkan sangat singkat untuk melunasi utang jatuh tempo tersebut.
Selebihnya, Direktur Pengembangan Big Data INDEF Eko Listiyanto mengatakan, bahwasanya sebesar 72,5% pengguna media sosial merasa pesimis terhadap Prabowo, apakah Prabowo dapat menyelesaikan utang yang ditinggalkan Presiden Jokowi. Lebih dari itu Eko menjelaskan risetnya tersebut melibatkan sebanyak 18.977 pengguna akun media sosial X.
Ke depan gimana? Kira-kira, para netizen yang 18 ribu akun tadi, 22 ribu perbincangan tadi. Angkanya, ini juga surprise saya rasa, ternyata 72,5 persen pesimis bahwa utang ini akan mampu diselesaikan atau setidaknya bisa ditangani langsung Pak Prabowo juga dalam lima tahun mendatang,” kata Eko dalam acara Diskusi Publik, mengutip detikfinance pada Kamis (7/7/2024).
Tidak hanya itu saja, selanjutnya Eko juga menjabarkan dengan presentase tersebut, bahwasanya netizen menilai kondisi keuangan Indonesia sudah semakin memburuk. Hal itulah yang membuat netizen pesimis terhadap ekonomi negara.
Lebih dari itu, Eko juga menjelaskan tentang perbincangan yang terjad di media sosial telah mencapai pembahasan tentang negara kolaps atau mengalami kebangkrutan. Hal tersebut didukung dengan adanya alasan mayoritas netizen menganggap utang Indonesia kian hari kian menumpuk dan bunganya juga terus bertambah. Namun disamping itu, anggaran terus saja mengalami defisit.
“Bahkan ya kalau perbincangan di media sosial sudah berbicara soal negara akan kolaps. Walaupun mungkin ini, kalau dari peneliti, mungkin bisa jauh karena faktornya pasti tidak hanya satu. Tapi, ini penting, karena lonceng ketidakstabilan dan ekonomi itu sekarang, ya, referensi kita yang paling dekat itu sosial media, gitu,” ungkapnya.
Tak hanya itu saja, bahkan Gen Z juga turut aktif dalam menyuarakan keluhannya terkait dengan utang yang semakin membukit. Tak sedikit yang beranggapan bahwa Jokowi telah mengingkari janjinya. Bukan tanpa alasan, melainkan pada kampanye tahun 2014 lalu, Jokowi telah menargetkan rasio utang terhadap PDB dapat dikurangi secara bertahap.
Namun pada kenyataannya, janji tersebut tidak ditunaikan dengan baik. Hal tersebut karena rasio utang terhadap PDB pada era Jokowi telah menyentuh 40%. Di mana angka tersebut cukup tinggi jika dibandingkan dengan Presiden sebelumnya, yakni Susilo Banbang Yudhoyono yang hanya sebesar 24,7% dari PDB.
Tetapi pada hal lainnya, Pembangunan ibu kota Nusantara (IKN) dianggap sebagai sumber beban utang Indonesia. Karena alasan itulah banyak pula netizen yang meragukan mega proyek tersebut dapat diselesaikan dengan baik apabila terus saja menjadi beban utang negara.
“Walaupun sebetulnya kalau secara proporsional, mungkin IKN bukan yang terbesar dalam konteks utang, tapi menjadi concern para netizen. Kenapa? Karena kita tahu enggak ada investor yang masuk, ya. Mungkin ada, gitu, ya. Tapi nggak banyak kan yang masuk, gitu, sehingga mereka khawatir ini ke depan gimana nih keberlanjutannya,” tutur Eko.